jump to navigation

Novel : “Pudarnya Pesona Cleopatra………” Juni 16, 2007

Posted by safruddin in Review2 buku.
11 comments

cleopatra
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Cetakan : II, Februari 2006
Jumlah Halaman : 111
Penerbit : Republika
Harga : Rp 21.000
ISBN : 979-3604-00-x
Beberapa hari yang lalu atas informasi seorang teman, saya membuka sebuah situs salah satu Lembaga Da’wah terkemuka di Indonesia. Disitus itu terpampang artikel tulisan saya yang sebenarnya sudah lama saya submit di situs hudzaifah.org. Bangga sih, tapi alangkah terkejutnya ketika melihat nama penulisnya sudah diganti. Tak usah disebutkan namanya siapa tapi yang pasti bukan nama saya. Ya tidak apa-apa sih sebenarnya, tapi tidak enak juga rasanya. Walaupun hanya tulisan yang sederhana (maklum masih belajar menulis), tapi artikel tersebut merupakan salah satu kebanggaan pribadi untuk saya, mengingat sulitnya membangun semangat diri ini dalam menulis. Plagiat, mungkin nama yang cocok untuk para pembajak tulisan.

Tapi kali ini kita tidak akan membicarakan tentang itu. Kali ini akan sedikit membahas tentang resensi buku yang benar-benar bagus (paling tidak menurut saya). Judul bukunya lumayan unik dan kurang menjual sepertinya. PUDARNYA PESONA CLEOPATRA, begitu judul bukunya. Waktu membeli buku novel mini ini saya tertarik bukan karena judulnya, tapi lebih tertarik pada nama si penulis. HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY, si penulis best seller novel Ayat-ayat Cinta.

“Tak terasa air mataku mengalir, dadaku sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam isak tangisku semua kebaikan Raihana selama ini terbayang. Wajahnya yang teduh dan baby face, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tangisnya mengalirkan perasaan haru dan cinta. Ya cinta itu datang dalam keharuanku. Dalam keharuan terasa ada hawa sejuk turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona kecantika Cleopatra memudar…”

Itulah sedikit cuplikan yang ada dalam novel mini ini. Ada dua pemeran utama dalam novel ini. Pria yang memperistri wanita bernama Raihana tanpa ada cinta pada awalnya, karena pernikahan mereka hanyalah sebatas ibadah kepada orang tua. Raihana digambarkan sebagai seorang wanita yang cantik, berjilbab rapi, dan hafidz Al Qur’an. Perawakannya semampai lagi lembut pribadinya. Ia mencintai suaminya sepenuh hati walau sang suami belum bisa mencintainya.

Hampir mirip dengan novel Ayat-ayat cinta, novel ini juga mengambil tema cinta sebagai inti permasalahannya. Penulis juga kembali mengajak kita sedikit berkhayal tentang Mesir dan negeri Andalusia.

Dalam novel ini terdapat satu lagi judul, yaitu SETETES EMBUN CINTA NIYALA. sebuah kisah akhwat lulusan Fakultas Kedokteran di salah satu Universitas negeri di Jakarta. Dalam kisahnya digambarkan akhawat bernama Niyala yang selepas lulus dari kuliahnya harus kembali kedesa dan menikah dengan lelaki yang memiliki piutang kepada ayahnya. Demi melunasi utang ayahnya sebesar delapan puluh juta rupiah, Niyala harus menggadaikan dirinya kepada lelaki yang dulu pernah berusaha memperkosanya.

“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. (QS. Al Furqaan 65-66)

Banyak hal yang menarik dari kedua cerita dalam satu novel ini. Kemampuan sang penulis untuk membuat deskripsi dalam otak kita dan membawa kita ke alam khayalan sangat patut diacungi jempol. Disisipi dengan ayat-ayat Al Qur’an dan Ending dari masing-masing cerita pun tidak terduga-duga. Ana pribadi bisa membaca novel mini 111 halaman ini dalam waktu kurang dari dua jam.

Novel ini bagus untuk mengisi waktu luang dan untuk sedikit memuhasabah diri. Apalagi novel ini sangat cocok “Untuk mereka yang bersalah karena menganggap kecantikan adalah segalanya.”

Sumber : Dari situs tetangga

Ajaran Orang Tua Kaya vs Miskin pada anaknya by Robert Kiyosaki Juni 16, 2007

Posted by safruddin in Review2 buku.
1 comment so far

Ajaran Orang Tua Kaya vs Miskin pada anaknya
Robert T. Kiyosaki

Apa yang diajarkan orang kaya pada anak-anak mereka tentang Uang, yang tidak diajarkan oleh orang miskin dan kelas menengah.

Rich Dad, Poor Dad, Seperti dikisahkan oleh Robert Kiyosaki:

Saya mempunyai dua ayah, yang satu kaya dan yang satu miskin. Yang satu berpendidikan tinggi dan intellgen; dia mempunyal gelar Ph.D. dan menyelesaikan empat tahun pendidikan sarjananya hanya dalam waktu kurang dari dua tahun. Kemudian dia melanjutkan studinya ke Stanford University, University of Chicago, dan Northwestern University, sermuanya dengan beasiswa penuh. Ayah yang satunya tidak pernah menyelesaikan pendidikan SMP-nya.
Kedua ayah saya itu berhasil dalam karier mereka, bekerja keras seumur hidup mereka. Keduanya memperoleh penghasilan besar. Tapi yang satu berjuang keras atau bersusah payah secara finansial sepanjang hidupnya. Sedang yang satunya kelak menjadi salah satu orang terkaya di Hawaii. Yang satu mati meninggalkan puluhan juta dolar untuk keluarganya, dan gerejanya. Yang satunya mati meninggalkan banyak tagihan/utang untuk dibayar atau dilunasi.
Kedua pria itu kuat, kharismatis, dan berpengaruh. Keduanya memberi saya nasihat, tetapi nasihat mereka tidak sama, bahkan kerap sangat berbeda. dan bertentangan. Keduanya sangat percaya pada didikan tetapi tidak merekomendasikan jalur studi yang sama.

Uang tidak diajarkan di sekolah. Sekolah berfokus pada keterampilan di bidang pelajaran dan keterampilan profesional, bukan pada keterampilan finansial. Ini menjelaskan bagaimana bankir, dokter, dan akuntan yang pandai dan memperoleh ranking yang tinggi di sekolah masih harus berjuang secara finansial sepanjang hidup mereka. Utang nasional kita yang menggunung sebagian besar disebabkan karena para politikus dan pejabat pernerintah yang berpendidikan. Tinggi membuat keputusan finansial dengan sedikit atau bahkan sama sekali tanpa latihan mengenai masalah uang.

Karena saya mempunyai dua ayah yang berpengaruh, saya belajar dari mereka berdua. Saya harus memikirkan. nasihat masing-masing ayah, dan dalam melakukan ini, saya memperoleh wawasan berharga tentang kekuatan dan pengaruh pikiran seseorang pada hidupnya. Misalnya, ayah yang satu mempunyai kebiasaan mengatakan, “Saya tidak mampu membelinya.” Ayah yang lain melarang penggunaan perkataan seperti itu. Dia mendesak saya untuk berkata, “Bagaimana saya bisa membelinya?” Yang satu adalah pernyataan, yang satunya lagi adalah pertanyaan. Yang satu melepaskan anda dari kesulitan, yang satunya lagi memaksa anda untuk berpikir. Ayah saya yang segera menjadi-kaya menjelaskan bahwa secara otomatis mengucapkan perkataan, ” tidak bisa membelinya,” otak anda berhenti bekerja. Sebaliknya, de mengajukan pertanyaan, “Bagaimana saya bisa membelinya?” otak harus bekerja. Yang dia maksudkan bukanlah membeli segala ses yang anda inginkan. Dia fanatik dalam hal melatih pikiran a komputer paling hebat di dunia. “Otak saya semakin kuat setiap har karena saya melatihnya. Semakin kuat otak saya, semakin banyak membelinya .” adalah sebuah tanda kemalasan mental.

Meskipun kedua pria itu mempunyai respek yang sangat tinggi terhadap pendidikan dan pembelajaran, mereka tidak sepakat dalam apa yang mereka pikir penting untuk dipelajari.
Yang satu menginginkan saya belajar keras, memperoleh gelar, dan mendapat pekerjaan baik untuk menghasilkan uang. Dia menginginkan saya untuk belajar menjadi seorang profesional, seorang pengacara atau akuntan atau ke sekolah bisnis untuk mendapat gelar MBA. Satunya lagi mendorong saya untuk belajar menjadi kaya, untuk memahami bagaimana uang bekerja, dan belajar bagaimana membuat uang bekerja untuk saya. “Saya tidak bekerja untuk uang!” adalah perkataan yang dia ulang berkali-kali, “Uang bekerja untuk saya!”

Uang adalah satu bentuk kekuasaan, kekuatan. Tetapi apa yang lebih kuat adalah pendidikan finansial. Uang datang dan pergi, tetapi jika anda mempunyai pendidikan tentang bagaimana uang bekerja, anda memperoleh kekuasaan atasnya dan dapat mulai membangun kekayaan. Alasan pernikiran positif saja tidak berhasil adalah karena kebanyakan orang pergi ke sekolah dan tidak pernah belajar bagaimana uang bekerja, sehingga mereka menghabiskan hidup mereka untuk bekerja demi uang.
Karena saya baru sembilan tahun ketika mulai, pelajaran yang diajarkan ayah saya yang kaya sederhana saja. Dan ketika semua dikatakan dan dikerjakan, hanya ada enam pelajaran pokok, yang diulangi lebih dari tiga puluh tahun. Buku ini bicara soal enam pelajaran itu, ditulis sesederhana mungkin seperti yang diajarkan ayah
saya yang kaya kepada saya. Pelajaran itu tidak dimaksudkan untuk menjadi jawaban tetapi tonggak penunjuk jalan. Tonggak penunjuk jalan yang akan membantu anda dan anak?anak anda untuk tumbuh lebih kaya dan lebih makmur, tanpa mempedulikan apa yang terjadl di dunia yang terus berubah dan penuh ketidakpastian ini.

Rich Dad, Poor Dad
Apa yang Diajarkan Orang Kaya pada Anak-anak Mereka tentang Uang—yang tidak Diajarkan oleh Orang Miskin dan Kelas Menengah.
Oleh Robert T. Kiyosaki bersama Sharon L.Lechter C.P.A

Semua mahasiswa Ekonomi seharusnya membaca buku ini!
Dan siapa saja yang ingin bijak dalam mengelola uang harus mengkoleksinya!

Buku ini akan:

  •   Menghancurkan mitos bahwa anda harus mendapatkan pemasukan yang tinggi untuk menjadi kaya.
  •   Mempertanyakan keyakinan bahwa rumah anda adalah asset.
  •   Menunjukkan pada orangtua mengapa mereka tidak dapat mengandalkan system sekolah untuk mengajar anak-anak mereka dalam hal uang.
  •   Mendefinisikan dengan tajam dan jelas perbedaan antara aset dan liabilitas.
  •   Menunjukkan cara mengajar anak-anak anda soal uang sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan yang tidak anda peroleh.