jump to navigation

Hati Seluas Dunia Juli 17, 2007

Posted by safruddin in Artikel Motivasi.
trackback

Dahulu kala, hiduplah seorang guru yang terkenal bijaksana. Pada suatu pagi, datanglah seorang pemuda dengan langkah lunglai dan rambut masai. Pemuda itu sepertinya tengah dirundung masalah. Tanpa membuang waktu, dia mengungkapkan keresahannya: impiannya gagal, karier, cinta, dan hidupnya tak pernah berakhir bahagia.

Sang Guru mendengarkannya dengan teliti dan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Dia taburkan garam itu ke dalam gelas, lalu dia aduk dengan sendok.

“Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya?” pinta Sang Guru.

“Asin dan pahit, pahit sekali,” jawab pemuda itu, sembari meludah ke tanah.

Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga di hutan dekat kediamannya. Kedua orang itu berjalan beriringan dalam kediaman. Sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Sang Guru lalu menaburkan segenggam garam tadi ke dalam telaga. Dengan sebilah kayu, diaduknya air telaga, membuat gelombang dan riak kecil. Setelah air telaga tenang, ia pun berkata, “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah.”

Saat tamu itu selesai meneguk air telaga, Sang Guru bertanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar,” sahut pemuda itu.

“Apakah kamu masih merasakan garam di dalam air itu?” tanya Sang Guru.

“Tidak,” jawab si anak muda.

Sang Guru menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk bersimpuh di tepi telaga.

“Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan seumpama segenggam garam. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tetapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita pakai. Kepahitan itu, selalu berasal dari bagaimana cara kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan atau kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan: lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Luaskan cara pandang terhadap kehidupan. Kamu akan banyak belajar dari keluasan itu.”

“Hatimu anakku, adalah wadah itu. Batinmu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah hatimu seluas telaga yang mampu meredam setiap kepahitan. Hati yang seluas dunia!”

Keduanya beranjak pulang. Sang Guru masih menyimpan “segenggam garam” untuk orang-orang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan hati.

Pesan bijak :
Janganlah mudah mengeluh menjalani kehidupan, hadapi setiap permasalahan dengan kepala dingin dan hati yang lapang.
tersenyumlah, karena dengan itu hidup akan terasa lebih indah.

Komentar»

1. rianatn81 - Juli 18, 2007

From : Safruddin
iya, benar sekali…!! Ibadah juga penting, sebagai obat hati ketika menghadapi persoalan hidup dan menjalani kehidupan….

From : Riana
selain tersenyum itu hidup akan lebih indah juga akan banyak ibadah iya gakkk…..inggin deh…punya hati seluas dunia.salam wirausaha

2. adhi - Juli 19, 2007

kadang kita sering nggak menyadari kalau sedang mengalami persoalan hidup yang sulit, kita merasa hati kita seakan menjadi sesak oleh segenggam masalah tadi. dan benar adanya andai kita mau berlapang dada menghadapi semua masalah yang ada niscaya hati kita juga akan sedikit lega utk mengatasi masalah itu. walau untuk melapangkan hati menjadi seluas telaga bukan sesuatu yang mudah dilakukan…


Tinggalkan komentar