jump to navigation

MENGAPA MASIH BEKERJA? Desember 30, 2007

Posted by safruddin in Dunia Kerja.
1 comment so far

MENGAPA MASIH BEKERJA?

“Ambillah pekerjaan yang Anda cintai, dan Anda tidak akan (merasa) bekerja seumur hidup.”

~ Harvey Mackay

“Sejumlah orang berhasrat besar untuk menjadi kaya raya agar bisa mengalami kebebasan finansial, tidak lagi harus bekerja untuk menafkahi hidup keluarganya. Mereka ingin berhenti bekerja, kalau mungkin pensiun dalam usia muda. Lalu, mengapa sejumlah orang yang sudah sangat kaya justru masih rajin bekerja keras?” tanya saya kepada sejumlah kawan.

Charles Schwab, tokoh legendaris dalam industri baja di Amerika Serikat, pernah mengatakan, “Barangsiapa yang tidak bekerja demi cintanya pada pekerjaan itu, melainkan hanya untuk mendapatkan uang semata, maka pekerjaan itu tidak akan menghasilkan uang ataupun kebahagiaan dalam hidupnya.” Ia mungkin benar. Berbagai studi mengenai orang kaya menunjukkan bahwa kebanyakan orang kaya memilih pekerjaan yang disukai dan dicintainya. Walau awal keterlibatan mereka dalam pekerjaan atau bisnis tersebut bisa juga karena “terpaksa” atau “kebetulan”, tetapi kemudian mereka mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap bisnis dan pekerjaannya itu. Hal ini membuat mereka bertahan mengerjakan bisnis atau pekerjaan yang sama selama bertahun-tahun, mempelajarinya dengan saksama, sehingga menjadi ahli dalam soal tersebut.

Seperti pengalaman Martin J. Grunder, Jr seorang pebisnis di Dayton, Ohio, Amerika. Sejak remaja ia sangat tertarik pada soal memotong rumput dan menata pekarangan belakang rumah orangtua dan kerabatnya di Ohio Selatan. Lalu, ketika mulai kuliah, ia memutuskan untuk mendirikan perusahaan pertamanya Grunder Landscaping Company. Modalnya waktu itu adalah sebuah mesin pemotong rumput seharga 25 dolar AS yang dibeli dari toko loak (barang bekas). Selama lima tahun pertama, usahanya tidak mengalami perkembangan yang berarti, bahkan akuntannya menyarankan agar ia menutup saja usaha tersebut. Tetapi, Grunder maju terus. Pada tahun terakhir kuliahnya, perusahaan Grunder telah bernilai 300.000 dolar dan kisahnya dimuat di The New York Times. Dan, pada tahun 2003 Grunder Landscaping memiliki lebih dari 40 pegawai profesional dengan omzet tahunan 3 juta dolar. Ia menerima tak kurang dari 30 penghargaan lokal maupun nasional atas usaha yang dilakukannya. Dan yang paling menarik adalah ia dengan tegas mengatakan, “… saya sangat mencintai pekerjaan saya, dan saya tak keberatan untuk bangun setiap pagi dan berangkat bekerja. …, saya selalu mencintai pekerjaan saya. Yang saya lakukan adalah hal-hal yang memang saya cintai, jadi mudah bagi saya untuk maju.”

Memilih untuk melakukan apa yang memang disukainya, itulah benang merah yang juga akan kita temukan ketika membaca riwayat hidup orang-orang super kaya dari industri dotcom, seperti Bill Gates, Larry Allison, Jeff Bezos, Steve Jobs, dan Michael Dell. Mereka mencintai apa yang mereka kerjakan, dan karena itu mereka mengerjakan dengan gegap gempita. Halangan dan hambatan justru menjadi pemicu gairah, menjadi tantangan yang mengundang untuk ditaklukkan. Antara “bekerja” dengan “bermain” menjadi sulit dibedakan. Namun, yang juga sangat penting adalah mereka bisa membuat pekerjaan yang disukainya itu mendatangkan keuntungan dan penghasilan yang luar biasa bagi dirinya.

Di Indonesia, kalau kita mau berbincang soal industri jamu, temuilah Irwan Hidayat yang mempopulerkan jargon “Orang pintar minum tolak angin”. Dengan segera kita akan merasakan bahwa ia sangat mencintai dunia yang digelutinya itu. Dengan fasih ia akan menuturkan sejarah dunia perjamuan, tantangannya di masa lalu dan saat ini, serta sejumlah rencana yang ingin segera ia laksanakan. Atau, dengarkanlah apa yang sering kali dibicarakan oleh pebisnis sukses macam Jakob Oetama, pendiri dan pemimpin Kelompok Kompas Gramedia. Kita akan segera maklum mengapa ia gigih mempertahankan bisnis di seputar soal media cetak, toko buku, percetakan, penerbitan, televisi, perhotelan, dan sejumlah usaha lain yang menopang proses pelestarian dan pengembangan kebudayaan Indonesia. Dan, bila kita sempat mempelajari kiprah pebisnis bernama Djoenaidi Joesoef, pendiri dan pemilik kelompok bisnis Konimex, kita juga akan tahu bahwa ia mencintai bidang kefarmasian sejak masih sangat muda. Ia terlibat dalam sejumlah proses peracikan obat-obat yang kemudian menjadi sangat terkenal di negeri ini.

Demikianlah orang-orang kaya, terutama yang merupakan generasi pertama—pendiri dan sekaligus pemilik—meraih kemapanan secara keuangan karena menekuni bidang pekerjaan yang mereka cintai sungguh-sungguh. Awalnya ada yang merasa “terpaksa”, atau sekadar “kebetulan”, tetapi ada juga yang memilih dengan sadar dan sengaja. Apa pun awalnya tidaklah penting. Yang penting mereka berhasil menumbuhkan kecintaan terhadap pekerjaan dan bisnis yang ditekuninya. Dan rasa cinta yang besar membuat mereka tidak keberatan untuk selalu bangun pagi. Dengan senang hati mereka bekerja keras sepanjang hari selama bertahun-tahun (sebenarnya mereka tidak pernah merasa “bekerja keras”, sebab yang dilakukan adalah apa yang memang “disukai”). Dan dengan gembira pula mereka menuai buah-buah kerja kerasnya dalam bentuk pundi-pundi kekayaan yang luar biasa.

Jadi, mengapa orang-orang yang sudah sangat kaya raya masih saja suka bekerja keras? Karena, mereka mencintai pekerjaan mereka. Karena pekerjaan itu memberikan gairah hidup bagi dirinya. Karena, pekerjaan itu telah menjadi habitus, menjadi bagian dari nafas hidupnya. Karena, pekerjaan itu mereka anggap mulia. Karena, mereka tidak lagi bekerja untuk memperoleh uang, tetapi untuk memperoleh hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang (cinta, kemuliaan, kehormatan, dsb).

Oprah Winfrey, perempuan kulit hitam paling kaya dan paling berpengaruh itu, pernah berkata, “Jika Anda telah menemukan pekerjaan yang bersedia Anda kerjakan sekalipun imbalannya tidak besar, maka Anda sudah berada di jalan menuju keberhasilan.” Demikiankah?[aha]

Kutipan : Tulisan Andreas Harefa, Pembicara dan Motivator

Rahasia Sukses Orang Jepang Juli 25, 2007

Posted by safruddin in Dunia Kerja.
5 comments

Pernah orang Jepang dijuluki les marchands des transistors (pedagang transistor) oleh de Gaulle. Namun sekarang mereka bukan hanya juara dunia dalam hi-fi, tetapi juga dalam microprocessor, mobil, bioindustri dan lain-lain.

Dalam sepuluh tahun terakhir produksi Jepang meningkat dua kali lebih cepat daripada Amerika Serikat. Apa rahasianya?

Berikut ini kita akan menjenguk orang-orang yang mempunyai andil besar dalam kemajuan tehnik Jepang.

Mula-mula kita jumpai Akio Morita si pencipta perusahaan Sony. Dia menyukai olahraga golf, sekaligus menjadi pengagum musikus Beethoven. Saking gandrungnya pada musik sampai-sampai di lapangan pun dia ingin bermain golf sambil mendengarkan Symphony kesembilan.

“Saya membutuhkan sebuah alat kecil dengan pengeras suara,” kata Akio Morita pada anak didiknya. Tak lama kemudian tcrciptalah walkman.

Dia berusia sekitar enampuluhan, kurus, rambutnya putih dan matanya hampir kuning. Tapi ia nampak seperti umur duapuluh karena semangatnya yang tak kenal lelah.

Rumahnya di daerah kedutaan, di Tokyo. Bertingkat, dengan kebun dan sebuah kolam renang. Boleh dikata dia seorang boss Jepang yang sudah berorientasi ke Barat. Dia tak berkeberatan istrinya turut menjamu tamu dalam pakaian Barat. Tetapi, ia tetap menjalani hidup sederhana dan kekeluargaan menurut tradisi.

Setiap pagi pukul delapan tepat Akio Morita tiba di kantor. Ia selalu mengenakan seragam yang sama dengan yang dipakai anak buahnya, meskipun jas luarnya buatan Inggris. Ini untuk menunjukkan semangat demokratis yang menjiwai setiap perusahaan Jepang.

Pada tahun 1947 Akio Morita mendirikan perusahaan Sony; memasarkan transistor yang pertama, televisi berwarna pertama, dan walkman pertama. Saat ini perusahaan sedang maju-majunya, ia mengekspor 70% dari produknya. “Pasaran kami adalah seluruh dunia,” katanya.

Kemajuan teknologi Jepang didorong oleh semangat untuk menyegerakan, dengan penuh kesadaran dan rasa kebanggaan. Tidak sampai dua generasi untuk mewujudkan mukjizat ini. Sebelumnya, orang Barat mengejek, Jepang hanya bisa membuat sepeda yang rodanya tidak bisa berputar dan jam-jam yang tidak bisa dipercaya. Karikatur tahun tigapuluhan pernah menunjukkan gambar seorang pemburu menyandang sepucuk senapan, yang ketika picunya ditarik maka larasnya menggembung. Capnya: made in Japan (bikinan Jepang).

Tetapi tiba-tiba orang Jepang tergila-gila pada perlombaan matematika dan fisika. Ujian-ujian di berbagai universitas menjadi sangat berat dan terjadi persaingan mati-matian. Ini menghasilkan orang-orang yang pandai. Di Pusat Penelitian Sony, jejak kaki para direktur yang sukses dicetakkan di atas tanah, seperti halnya jejak kaki para bintang Hollywood di studio MGM.

Saingan istrinya sebuah komputer
Sama dengan majikannya, Makoto Kikuchi direktur baru pada Pusat Penelitian Sony ini bisa berbahasa Inggris, dengan tujuan dapat berbicara dengan robotnya; sebuah “Apple” Amerika.
“Masih yang terbaik untuk saat ini,” ucapnya jujur. Laki-laki berusia 45 tahun ini sebelumnya sudah sangat terkenal di Jepang sebagai ilmuwan yang paling mengagumkan dari Pusat Penelitian Negara. Ia mengkhususkan diri dalam microprocessor. Ia pindah ke Sony enam tahun yang lalu.

Dalam sebuah rumah yang amat kecil berbentuk bujur sangkar dan terbuat dari kertas minyak itulah ia tinggal bersama istrinya dan hidup dengan sederhana. Dengan kimononya dan berlutut di atas tikar Jepang, istrinya dengan setia menemani suaminya bermain dengan komputer.

Mottonya: Research Makes The Difference, menggambarkan keambisiusan Makoto Kikuchi. Motto ini ditulis pada truk-truk perusahaan dalam bahasa Inggris supaya menimbulkan kesan eksotis.

Ia punya rencana untuk beberapa tahun mendatang: membuat komputer yang bisa menguraikan bahasa percakapan orang Jepang supaya setiap orang Jepang dapat berbicara dengan komputer.

Dengan senang hati, dia mengundang 190 penyelidik datang ke pusat penelitiannya. Kata Makoto: “Sony memberikan 3,5 sampai 5% penghasilannya untuk penelitian.” Tambahnya: “Sebelum ini saya bekerja di sebuah laboratorium di Amerika Serikat. Di Sony, cukup hanya satu jam bagi saya untuk memperoleh sebuah alat yang harganya setengah juta dolar. Saya lalu bisa menghargai perbedaan ini.” Ia tetap seorang Jepang Tulen meskipun lama tinggal di Amerika Serikat.

Para peneliti Sony mempelajari sinar energi matahari, teknologi silikon dan lainnya. Tetapi bidang yang paling disukainya adalah semiconductor. Dia memulai segalanya dari nol pada tahun 1976.

Di perusahaan Sony, kaitan penelitian produksi dengan pemasaran merupakan satu keharusan yang permanen. Contohnya, setiap Minggu pagi Makoto sarapan bersama Akio Morita dan Direktur Marketingnya. Hubungan yang begitu wajar dan akrab antara peneliti dan pemimpin ini jarang sekali terjadi di Amerika maupun di Eropa.

Morita yang sudah begitu kebarat-baratan, yang kalau bermain golf memakai kemeja dan topi Amerika, tetap membungkukkan badan sampai ke tanah bila berjumpa dengan kawan. Dalam mobil ia memiliki telepon, televisi dan magnetoskop; tetapi ia tetap mengenakan seragam yang sama seperti 35.000 anggota Sony.

Honda tidak memberi warisan kepada anak
Soichiro, 78 tahun, adalah pendiri Honda Motor. Ia juga mengenakan seragam karyawan biasa di perusahaan, kemeja dan topi putih. Dia lebih suka bekerja di bengkel, meskipun tersedia ruangan di setiap perusahaannya. Sebelum pecah perang, ia pernah menjadi montir biasa.

Sedikit demi sedikit ia turut meletakkan dasar perusahaan. Sekarang ia mengepalai 23.000 buruh dan membawahi 43 perusahaan di 28 negara (enam ada di Jepang).

Anak buahnya diberi kepercayaan total dan tanggung jawab pribadi atas apa yang dihasilkannya.

Soichiro tidak memiliki harta pribadi. Dia tinggal dalam sebuah rumah sederhana. Kegemarannya melukis di atas kain sutra dan bermain golf. Barangnya yang berharga cuma sebuah helikopter dan mobil biasa. Penghasilannya dipakai untuk penelitian dan bea siswa kaum muda. Dia bahkan tak memberi warisan kepada anak-anaknya.

“Warisan paling berharga yang dapat saya berikan adalah membiarkan mereka sanggup berusaha sendiri,” katanya.

Hadiah untuk gagasan yang paling baik

Kyoto Ceramics adalah salah satu pabrik pembuat microchips (elemen-elemen kecil komputer) yang paling kuat di dunia.

Omset Kyoto Ceramics 400 juta dolar dan menghasilkan keuntungan luar biasa, 12% setelah dipotong pajak.

Ada tujuh buah perusahaan di Amerika Serikat dan tiga di Jepang. Inamori sang pemimpin, seperti juga Soichiro Honda dan Kaku pemimpin Canon, menganggap dirinya sebagai karyawan biasa. Selisih gaji direktur dan buruh baru di Jepang lebih kecil bila dibandingkan dengan di Eropa dan Amerika Serikat.

Cara hidup pemimpin Jepang sangat sederhana dibanding dengan rekan-rekan di Barat. Rasanya mereka memandang rendah kemewahan. Suatu barang harus ada fungsinya.

Bagaimana mereka bisa memegang prinsip sebaik itu?
Mari kita menengok ke Gamo, salah satu pabrik keramik di Kyoto. Kurang lebih 50 kilometer dari Kyoto. Di sini pada pukul delapan pagi seluruh karyawan Gamo berkumpul dalam ruang-ruang besar. Dari tiap ruang, di atas sebuah panggung seorang laki-laki meneriakkan: berdiri, bersiap, luruskan kaki dan istirahat. Ratusan laki-laki dan perempuan dalam seragam biru berdiri siap. Laki-laki lalu melaporkan hasil pekerjaan bulan lalu dan menambahkan delapan pesan produksi, tentang mutu, penurunan ongkos dan sebagainya.

Selesai laporan, dia memanggil lima orang maju ke depan. Mereka diberi hadiah, karena telah menyumbangkan gagasan yang paling baik, pada bulan sebelumnya. Di semua perusahaan Jepang, para insinyur dan buruh diundang menyumbangkan gagasan untuk lebih memajukan produktivitas, keamanan dan semua bidang yang berkaitan dengan kehidupan perusahaan.

Di Canon, setahun yang lalu, masuk sekitar 146.242 gagasan yang ternyata dapat menghemat lebih dari tujuh juta yen!

Sebulan sekali mereka berkumpul, memberi laporan pekerjaan selama ini, bertukar pengalaman dan mutu pekerjaan mereka.

Hadiah bagi gagasan mereka yang terpilih antara lain medali, jam tangan, tiket kereta atau pesawat terbang. Yang kurang berinisiatif tak akan mendapat apa-apa. Tak pernah terjadi seseorang mendapat sanksi negatif.

Setiap pekerja memiliki saham dan dividen dari perusahaan. Benar-benar merupakan perwujudan demokrasi yang didasarkan pada penghargaan hasil kerja dan atas hierarkinya. Di Jepang, persaingan ditumbuhkan sejak kanak-kanak. Keluaran sekolah bereputasi tinggi lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang baik.

Di tiap perusahaan ada serikat buruh, yang setiap tahunnya mengorganisir pemogokan untuk memperoleh kenaikan gaji yang disebut Shunto. Tetapi Shunto ini cuma suatu upacara tradisi, bukan pemogokan seperti layaknya di Barat.

Robot membuat robot
Di kaki Gunung Fuji ada robot membuat robot. Robot-robot itu bekerja dengan diam-diam. Beberapa manusia membaca lembaran kertas besar yang keluar dari terminal robot.
Di Honda Motor Cie, di sebuah dusun dekat Tokyo, kita bisa melihat mobil yang di-assembling oleh robot, yang mematri 160 kali setiap detiknya. Grup-grup yang terdiri dari lima atau enam buruh memeriksa hasil kerja robot. Setiap buruh diizinkan menghentikan pekerjaan dengan cara menekan tombol merah, bila ada yang kurang beres.

Hasilnya: pada produksi akhir hanya ada 0,1% yang apkir, dibanding dengan 20% di Eropa. Di Sony, semua karyawannya teliti. Para majikan di Eropa memimpikan pabrik mereka bisa menyamai Jepang, dan mendambakan buruh-buruh yang serupa pula.

Di perusahaan Canon, Tuan Kaku yang adalah presiden direkturnya itu dan para buruhnya, saling menundukkan kepala mereka sama dalamnya. Percakapan antara mereka bisa membuat heran telinga-telinga Perancis.

Tuan Kaku menjelaskan secara mendetil target keuangan dan tehnik yang ingin dicapai perusahaan. Kepala serikat buruh Canon meyakinkan majikannya, keberhasilan Canon merupakan satu kepuasan bagi seluruh karyawan dan mereka ingin bekerja sama sepenuhnya bersama direksi.

Majikan-majikan Eropa sangat kagum melihat modernisasi Jepang. Kagum bukan hanya karena melihat sindikat-sindikat buruh dapat bekerja sama begitu baik dangan majikannya, tetapi juga melihat para majikan yang tak pernah memecat buruhnya itu.

Mereka melihat suatu industri di mana otomatisasi tidak menciptakan pengangguran, dan setiap buruh mau dan dapat memahami apa pun yang mereka lakukan. Mereka juga mendapat penjelasan mengenai jalannya perusahaan. Yang nampak di depan mereka adalah sebuah dunia, di mana disiplin yang mirip disiplin militer itu dapat berjalan berdampingan dengan rasa hormat pada setiap individu. Inilah rahasia kemajuan Jepang

Sumber : Majalah Intisari

Bekerja Tanpa Rasa Sengsara Juli 12, 2007

Posted by safruddin in Dunia Kerja.
1 comment so far

Anda merasa sengsara di tempat kerja? Anda merasa berat setiap kali memulai pekan aktivitas rutin Anda pada Hari Senin. Anda merasa tak (lagi) tertantang dan tak nyaman. Atau, inilah yang Anda hadapi: bos yang galak. Apakah sejumlah rekan kerja Anda menyebalkan? Anda merasa apapun yang Anda lakukan dianggap tak pernah cukup. Jika Anda terus bertahan dalam situasi-situasi seperti itu, bisa dipastikan lama-lama Anda akan membenci pekerjaan Anda. Dan, membenci pekerjaan adalah sumber dari kesengsaraan dalam hidup.

Mengapa itu bisa terjadi? Kenali sebab-sebabnya agar Anda bisa menghindari dan mengakhiri kesengsaraan Anda.

1. Terlibat dalam obrolan atau pergaulan dengan orang-orang yang selalu menemukan kesalahan dengan perusahaan, manajemen, customer dan rekan sekerja. Jika Anda berkubang dalam kesengsaraan, terus-menerus mendengarkan cerita-cerita tentang ketidakbahagiaan dan orang-orang yang mengalami kesulitan jelas tidak akan membantu Anda keluar dari kubangan itu. Ketidakbahagiaan itu menular. Menjauhlah untuk menghindari virus tersebut.

2. Berada dalam lingkungan pekerjaan yang tidak menantang, tidak menggairahkan dan tidak-berpenghargaan. Hari demi hari, tahun ke tahun, Anda tambeng dengan pekerjaan yang sebenarnya tidak memenuhi harapan Anda. Datanglah ke konsultan karir yang ada di kampus atau lembaga konsultan. Carilah peluang kerja lain; temukan jalan untuk memberdayakan keahlian Anda secara berbeda. Ambillah tes dan konsultasi untuk mengidentifikasi pekerjaan apa yang lebih bisa menggairahkan Anda.

3. Kegagalan dalam mengambil tanggung jawab untuk mengembangkan diri Anda sendiri. Anda tidak bisa menunggu selamanya pada bos yang tidak komunikatif dalam memberi feedback berkaitan dengan peningkatan dan perkembangan (personal dan profesional) Anda. Faktanya, pada sejumlah organisasi, Anda bisa menunggu beberapa tahun untuk penghargaan atau feedback atas kinerja Anda. Mengapa menunggu orang lain? Mengapa tidak mengambil tanggung jawab demi (perkembangan) diri Anda sendiri? Tak seorang pun pernah peduli pada peningkatan dan perkembangan Anda kecuali diri Anda sendiri.

4. Bertahan bekerja di bawah bos yang buruk. Bos yang buruk, baik dia tipe orang yang tak bertanggung jawab atau pun “sekedar” orang yang berkelakuan tak menyenangkan, jarang bisa berubah tanpa adanya kejadian yang luar biasa. Hal (yang luar biasa) itu bisa saja terjadi, tapi sampai kapan Anda akan menunggu sambil terus-menerus mengeluh tentang betapa sengasaranya Anda di tempat kerja?

5. Bekerja pada perusahaan yang praktik-praktik bisnisnya tidak Anda sukai. Bekerja untuk perusahaan yang menipu konsumen? Memberi janji-janji palsu pada karyawan? Tinggalkan secepat Anda bisa.

6. Bekerja pada perusahaan yang terus-menerus merugi. Perusahaan yang baik mungkin saja sesekali mengalami kesulitan –ini masih bisa membuat Anda bertahan. Tapi, perusahaan yang secara operasional selalu mendekati kebangkrutan jelas menciutkan optimisme dan antusiasme Anda.

7. Bertahan dalam pekerjaan yang membuat Anda merasa jalan di tempat. Ada beberapa alasan mengapa Anda merasa tak beranjak. Perusahaan tempat Anda bekerja kecil dan tidak berkembang. Anda tak pernah mendapat promosi karena di situ memang minim pendidikan, pengalaman dan kesempatan-kesempatan untuk berkembang. Anda sudah bicara pada bos namun masalah tak bisa diatasi. Jika Anda cukup ambisius dan ingin berkembang, inilah saatnya untuk melangkah ke luar.

8. Anda berusaha menyumbangkan ide-ide untuk meningkatkan kualitas (lingkungan) kerja, tapi tak pernah diwujudkan. Bertahan dalam lingkungan kerja yang gagal merespon saran-saran dari karyawan tentunya membuat Anda juga mempertanyakan nilai saran Anda sendiri. Ini merupakan racun yang menggerogoti kepercayaan diri Anda. Carilah lingkungan kerja yang lebih suportif.

9. Gaji kecil. Untuk urusan yang satu ini, hanya Anda yang mengerti “hitung-hitungannya”. Tanya pada diri Anda sendiri, seberapa layak Anda dibayar? Kalau Anda merasa gaji Anda terlalu kecil untuk kerja yang telah Anda lakukan, Anda punya pilihan.

Sumber : PortalHR

Motivasi untuk Kerja, Bisnis dan Aktivitas Juli 12, 2007

Posted by safruddin in Dunia Kerja.
1 comment so far

Dalam bekerja, menggerakkan bisnis hingga menjalani kehidupan sehari-hari, kadang kita merasa perlu mencari kata-kata yang mampu memberikan inspirasi. Tujuannya, tak lain, untuk men-charge motivasi yang memang sering kendor entah karena situasi atau faktor-faktor lain yang tak kita sadari. Satu kalimat dari orang terkenal, sukses, tokoh besar, biasanya membuat kita merasa mendapatkan tambahan semangat yang memacu kreativitas.

Berikut beberapa kutipan yang membangkitkan motivasi. Kutipan-kutipan ini berguna untuk manajer yang ingin memotivasi anak buahnya, atau pimpinan divisi HR yang harus selalu siap membantu membangkitkan semangat karyawan. Tak terkecuali, buat individu-individu yang tak mau kehilangan “pegangan” dalam bekerja, berbisnis atau beraktivitas.

“Manajemen tak lebih merupakan alat untuk memotivasi orang” — Lee Iacocca.

“Satu-satunya cara untuk membuat orang menyukai kerja keras adalah dengan memotivasi mereka. Hari ini, orang harus mengerti mengapa mereka (harus) bekerja keras. Setiap orang dalam organisasi termotivasi oleh sesuatu yang berbeda-beda” –Rick Pitino

“Motivasi adalah seni membuat orang melakukan apa yang Anda inginkan untuk mereka lakukan, karena mereka ingin melakukannya.” –Dwight D Eisenhower

“Uang tidak pernah menjadi motivasi besar bagiku. Kepuasan sejati adalah permainannya itu sendiri.” –Donald Trump.

“Ide dari semua motivasi adalah perangkap. Lupakan motivasi. Just do it! Latihan, mengurangi berat badan, tes gula dalam darah, apapun. Lakukan apapun itu tanpa motivasi. Lalu apa? Setelah kau memulai (melakukan) sesuatu, itulah saat motivasi datang dan memudahkanmu untuk menjaganya.” –John Maxwell.

“Selalu ada motivasi untuk menginginkan kemenangan. Setiap orang punya itu. Tapi, seorang juara perlu, dalam perilakunya, sebuah motivasi atas dan dalam kemenangan.” –Pat Riley.

“Orang sering bilang bahwa motivasi itu tak ada habisnya. Memang, sama halnya dengan mandi –itulah sebabnya kami merekomendasikannya setiap hari.” –Zig Ziglar.

“Hanya yang keluar dari dalam, motivasi yang berumur panjang dan bisa diandalkan, dan salah satu kekuatan darinya adalah kesenangan dan kebanggaan bahwa Anda tahu telah melakukan sesuatu sebaik yang Anda mampu.” –Lloyd Dobens and Clare Crawford-Mason

“Hadiah terbesar yang diberikan oleh kehidupan adalah kesempatan untuk bekerja keras dalam pekerjaan yang layak dilakukan.” –Theodore Roosevelt

“Hasrat adalah kunci motivasi, tapi itu tergantung dan meminta komitmen dari pencarian yang tiada henti pada tujuan Anda –komitmen untuk excellence– yang akan memungkinkan Anda mencapai sukses yang Anda cari.” –Mario Andretti

“Aku telah sampai pada kesimpulan bahwa motivasiku sebagian besar telah menjadi mitos –aku tak tahu mengapa melakukan hal-hal yang kulakukan itu.” –J. B. S. Haldane

“Motivasi adalah api dari dalam. Jika seseorang mencoba menyalakan api (dalam dirimu) itu, kesempatan untuk terbakarnya sangat cepat.” –Stephen R. Covey

….

Spirit Bekerja Juni 18, 2007

Posted by safruddin in Dunia Kerja.
add a comment

Spirit Bekerja

Spirit ada di udara, mudah terasa dan tercium. Bagi sebagian orang,
spirit tidak sulit diciptakan. Terkadang hanya perlu “dipancing” dengan gorangan di sore hari atau kebersamaan saat lembur sampai pagi.

Namun, di beberapa organisasi tertentu, terasa bahwa spirit ini sulit
dikembalikan, walaupun sudah “diangkat” dan “ditarik-tarik”. Organisasi yang penuh birokrasi, misalnya, sering membuahkan karyawan yang terlalu berhati-hati, “cari selamat”, terlalu berhitung, takut berubah, hanya menunggu ide untuk berubah dari orang lain dan enggan mengeluarkan ide baru. Tidak ada dinamika, kewaspadaan dan kenikmatan untuk berinisiatif lagi.

Bila kita terjebak berada dalam organisasi seperti ini, namun secara
pribadi memiliki spirit yang kuat, kita tentunya bertanya-tanya, apakah saya nanti tidak aneh sendiri ? Bukankah spirit itu bersumber dari suasana kerja tim ? Akankah kita bisa mempertahankan spirit yang segar dari waktu ke waktu ? Bagaimana menyuntikkan spirit ke dalam diri sendiri, bahkan sampai mempengaruhi organisasi ?

Ingat umur
Bila kita sudah kehilangan spirit bekerja, ingatlah umur. Bayangkan profesional seperti Martha Tilaar, yang berusia 70 tahun, tetapi semangatnya serasa 30 tahun. Beliau mengisi kehidupan karirnya dengan passion dan urgensi.

Berapa usia kita sekarang ? Masih berapa tahunkan kita harus berproduksi ? Bila sekarang saja semangat kita sudah kempis, bagaimana kita akan giat berkarya pada tahun-tahun mendatang ?

Hati-hati dengan “menerima apa adanya”

Bayangkan sebuah rapat yang ‘garing’, tidak bersemangat, di mana kebanyakan orang tidak mempunyai persiapan materi yang menantang, hanya menjawab bila ditanya atasan, tidak mempunyai ide dan pasrah menjalankan kehidupan perusahaan apa adanya.

Saat seseorang mengemukakan ide berbeda, semua pandangan menghujam padanya. Dan si kreatif ini bisa-bisa kemudian meragukan idenya. Kita lihat bahwa sikap ‘menerima apa adanya’ bisa mematikan spirit sehingga perlu diwaspadai dan diperangi.

Pandanglah ke depan

Bukan saja enterpreneur seperti Henry Ford (Ford Motor Comp), Bill Gates (Microsoft Corp), Larry Page dan Sergey Brin (Google) yang mempunyai kemampuan untuk memandang ke depan, kita pun bisa !

 Kita selalu bisa melakukan benchmark ke perusahaan yang mempunyai aspek yang bisa ditiru. Kita pun selalu bisa memiliki obsesi untuk meningkatkan produktivitas kita sebagai individu, kelompok atau bahkan perusahaan.

Bacaan-bacaan mengenai best practice profesi dan perusahaan serupa tidak terbatas jumlahnya. Dari sini kita bisa menumbuhkan mood untuk maju, mentransfer dan merealisasikan ide dan berobsesi untuk lebih

sukses. 

Bertanyalah “bagaimana caranya ?”

Bisnis dan situasi negara kita sekarang membutuhkan produk baru, cara dan metode produksi, pasar baru, kecepatan, transfer kekuatan, dan informasi. Bagaimana mungkin kita tinggal diam dan menunggu ?

Kita bisa mengaktifkan otak dan selalu mencari cara baru. Seberapa pun kecil peranan kita di perusahaan, bantulah untuk memikirkan improvement, karena hal ini pasti akan berguna bagi perusahaan, tim dan diri Anda sendiri.

Selain itu, kekuatan spirit Anda akan terasa oleh atasan. Dengan demikian kita secara tidak langsung membuat harapan baru bagi diri sendiri setiap saat dan terbiasa menanggulangi ancaman.

Kembangkan mindset “memulai”

Menjadi orang yang pertama maju ke depan memimpin diskusi, memberi tanggapan atau email kolega, mengirimkan notulen rapat ke pelanggan yang baru dikunjungi, sama sekali tidak sulit.

Dampaknya terhadap diri sendiri-lah yang lebih besar. Kita akan mendapatkan apresiasi orang lain, diipandang sebagai orang yang gesit. 

Bayangkan kalau kita selalu menjadi orang yang pertama menyapa ‘halo’ di setiap kontak dengan orang lain. Kita pasti akan menebar semangat. Dan, untuk diri sendiri, kita akan menumbuhkan semangat ekstra sebagai pemulai dan penyerang, tidak sekadar responsif.

Cintai teknologi

Pemrosesan data, jaringan internet, telekomunikasi, tidak pernah bisa kita hindari. Teknologi juga berkembang sedemikan pesat sehingga sulit diikuti.

Rasanya baru beberapa tahun saja kita menikmati teknologi GPRS, CDMA, sekarang kalau tidak ber-3G- ria, rasanya kuno. Baru saja kita menikmati iPod, sekarang kita perlu bersiap-siap memahami iPhone.

Bila kita sedikit berusaha untuk menyukai dan memperdalam teknologi, kita secara tidak langsung terpaksa mengadaptasi derap inovasi dan perubahan dari perkembangan teknologi.

Menjaga agar tetap ber-spirit ibarat menjalankan dinamika kehidupan seorang artis. Seorang artis tidak pernah berhenti memperhatikan, berpikir, mengembangkan ide, bereksperimen, mencari ide baru, antusias, bekerja tak kenal waktu dan berupaya menciptakan sesuatu yang unik dan baru.

Jadilah orang yang senantiasa hidup dengan spirit. Hidup akan terasa lebih artistik.

Sumber : Experd

 

Hal-Hal Yang Perlu Dipersiapkan Saat Wawancara Juni 18, 2007

Posted by safruddin in Dunia Kerja.
add a comment

Hal-Hal Yang Perlu Dipersiapkan Saat Wawancara

Persiapan, banyak orang yang menganggap hal ini tidak perlu dalam melamar pekerjaan. Tampil saja sebagaimana adanya dan biar perusahaan yang menilainya, begitu pendapat sebagian orang. Pendapat ini memang benar, namun banyak yang salah kaprah mengartikan ungkapan di atas. Tampil apa adanya berarti anda tidak melakukan kebohongan, tapi itu bukan berarti anda tidak mempersiapkan diri dengan baik. Bernagkat perang tanpa mengetahui musuh sama saja dengan bunuh diri,begitu kata pepatah kuno. Berikut adalah beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk lebih meyakinkan calon perusahaan anda berikutnya bahwa andalah yang mereka cari :

  1. Bicara rinci saat wawancara
    Cari tahu lebih banyak tentang posisi yang ditawarkan, perusahaan dan produk/pelayanan yang ditawarkan. Semakin banyak anda tahu tentang posisi yang anda lamar akan semakin baik. Selain itu, persiapan akan membuat anda tampil percaya diri sendainya ditanya mengenai hal-hal spesifik menyangkut perusahaan atau pekerjaan anda.
  2. Bawa salinan dari resume anda
    Tujuannya adalah sebagai cadangan dan berjaga-jaga, siapa tahu diperlukan.
  3. Lakukan kontak mata
    Saat diwawancara, jangan menunduk. tatap langsung mata pewawancara setiap kali anda ingin memberikan jawaban. Dengan melakukan hal ini, anda akan dianggap sebagai seseorang yang percaya diri dan fokus pada tujuan.
  4. Tunjukkan minat dan antusiasme anda terhadap perusahaan
  5. Berpakaian secara profesional
    Arti kata ‘profesional’ di sini bisa berarti banyak hal, terutama di masa sekarang ini. Seandainya anda bingung, gunakan saja setelan putih hitam seperti yang biasa dipakai orang yang melamar pekerjaan. Yang palilng penting adalah tampil rapi dan sopan. Percaya atau tidak, kesan pertama itu penting lho!
  6. Jawab pertanyaan dalam waktu 60 detik
    Anda mungkin tidak ingin terlihat sebagai seseorang yang pasif, namun omongan yang terlalu panjang akan membuat pewawancara bosan dan mencoret anda dari daftar calon favoritnya. Jelas, tegas, dan tepat pada sasaran adalah tujuan yang harus diutamakan.
  7. Dengar dan jawab pertanyaan secara langsung
    Seandainya anda merasa ada hal yang tidak jelas, tanyakan langsung untuk klarifikasi. Hal ini juga berguna untuk menghindari kesalahpahaman di masa mendatang.
  8. Jelaskan prestasi yang pernah anda buat
    Jangan pernah sungkan untuk menjelaskan proyek apa saja yang pernah anda kerjakan di perusahaan sebelumnya. Persiapan diri untuk melakukan penjelasan akan mempengaruhi bagaimana performa anda di pekerjaan yang anda incar tersebut.
  9. Bertanya
    Yang dimaksud bertanya di sini bukanlah pertanyaan-pertanyaan klise. Pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan tajam akan menunjukkan bahwa anda adalah orang yang proaktif (dan memberikan kesan bahwa anda adalah orang yang tepat dan mempunyai visi untuk memajukan perusahaan).

Kirim ucapan terima kasih dua hari setelah wawancara
Tunjukkan bahwa anda berminat dengan posisi yang ditawarkan dan ucapkan terima kasih pada pewawancara anda karena telah meluangkan waktunya untuk anda. Meski anda tidak mendapat pekerjaan tersebut, namun dengan memelihara hubungan baik siapa tahu bila ada posisi yang lebih baik anda menjadi orang pertama yang dihubungi

Mengatasi Gap Komunikasi Juni 16, 2007

Posted by safruddin in Dunia Kerja.
add a comment

Dalam kehidupan sehari-hari, baik di kantor maupun dalam lingkungan keluarga, seringkali dijumpai adanya gap dalam berkomunikasi. Gap tersebut menyebabkan perbedaan persepsi antara pihak yang satu dengan pihak yang lain dan tidak jarang hal ini menimbulkan kerugian di kedua belah pihak. Jika dilihat secara cermat maka pemicu terjadinya kesenjangan komunikasi tersebut seringkali bukan terletak pada persoalan fakta melainkan sebatas citra yang kemudian membedakan pemahaman terhadap rasa. Sebab faktanya, kedua belah pihak (atasan-bawahan, anak-orangtua, suami-istri, dst) saling membutuhkan dan ketika sudah dijelaskan/dipertemukan,  semua persoalan atau mayoritasnya bisa saling memahami. Jika anda menyaksikan pihak-pihak yang saling membenci, maka bisa jadi penyebabnya bukan karena mempunyai watak-watak yang menjadi alasan untuk dibenci tetapi karena faktor komunikasi semata.
Karena lebih banyak bisa dikaitkan dengan persoalan bagaimana membentuk citra agar menghasilkan pemahaman rasa yang enak, maka yang dibutuhkan dalam berkomunikasi  sebenarnya adalah usaha untuk mengubah diri ke arah yang lebih baik, terutama sikap, tindakan, dan perasaan. Artinya,  bagaimana anda memperlakukan orang lain menjadi cermin dari bagaimana anda memperlakukan diri sendiri dan selanjutnya bagaimana orang lain memperlakukan anda merupakan feedback dari perlakuan anda terhadap mereka. Bagaimana caranya mengubah diri ke arah yang lebih baik? Ada baiknya ada perhatikan tiga hal berikut ini:

Assertive
Secara definitif bisa dijelaskan bahwa sikap assertive merupakan manifestasi dari perbaikan yang serius dalam hal bagaimana anda “memperhitungkan” keberadaan orang lain tanpa sedikitpun mengurangi perhitungan terhadap keberadaan anda dengan cara konstruktif dan fair.  Memperhitungkan orang lain artinya mengakui bahwa semua manusia punya hak berbeda dengan kesamaan yang dimiliki, bukan menghakimi perbedaannya.
Di sisi lain, dengan pengakuan tersebut tidak berarti anda kehilangan “standing of points”. Karena jika kehilangan, bukan lagi assertive, melainkan permissive atau aggressive.  Anda mengatakan YA atau TIDAK dengan alasannya masing-masing.  Tetapi jangan lupa bahwa pendirian anda tersebut diungkapkan dengan cara yang polite but firm. Di sinilah keahlian menggunakan ‘bahasa hidup’ menentukan. Oleh karena itu diakui bahwa bagaimana orang menggunkan bahasa menjadi cermin kualitas nalarnya.  Menyampaikan gagasan perbaikan kepada atasan tentu berbeda bahasanya dengan menyampaikannya di depan rekan kerja.  Sikap assertive  akan menempatkan anda pada posisi untuk dihormati, bukan untuk dimanfaatkan. Bedanya sangat tipis.

Empathy
Bagaimana anda menyelami wilayah yang dirasakan oleh orang lain tetapi anda tidak melarutkan diri di dalamnya. Sebagai atasan, dibutuhkan untuk merasakan situasi seperti bagaimana bawahan anda merasakan atau sebaliknya untuk memahami apa yang benar-benar dibutuhkan.  Istilah yang lebih memudahkan adalah pengandaian dua arah.  Pengandaian ini akan menajamkan sensitivity of feeling. Analogi lain bisa digambarkan bagaimana  seorang pengacara yang menjadi pembebas rakyat tertindas. Ia akan menjadi pembebas ketika ia memahami apa yang dirasakan oleh rakyat tertindas itu tetapi segara akan menjadi tertindas jika hanya sekedar merasakan apa yang dirasakan oleh rakyat yang tertindas. Bedanya sangat tipis.
Dalam berkomunikasi dengan lingkungan, maka yang anda butuhkan adalah memahami apa yang dirasakan oleh mitra anda. Untuk bisa memahami menuntut lebih banyak bisa mendengarkan. Stephen Covey mengistilahkan “seek to understand first”. Pada prakteknya, orang lebih memilih untuk lebih dulu dipahami; lebih dulu berbicara tentang dirinya sebelum lebih dulu mendengarkan orang lain; lebih dulu menuntut hak sebelum kewajiban disempurnakan.

Bekerjasama
Kenyataan sejarah membuktikan bahwa tindakan co-operative (bekerjasama) akhirnya lebih menguntungkan dari pada tindakan konfrontatif ketika konflik menuntut untuk diselesaikan. Jika kenyatannya orang lebih tertarik menyelesaikan urusan komunikasi dengan cara konfrontatif, maka sebagian penyebabnya karena lebih gampang dan lebih singkat selain juga tidak memerlukan kecerdasan dalam kadar tinggi. Dan seringkali cara konfrontatif menjadi penjelasan dari pertarungan egoisme posisi semata bukan untuk menjelaskan jalan menuju realisasi misi, visi, dan tujuan. Padahal yang benar – benar anda butuhkan adalah realisasi dari apa yang anda inginkan bukan egoisme posisi.
Ketika anda berhubungan dengan orang lain dalam bentuk apapun, sadarilah bahwa anda berbeda dan begitu mendapatkan persoalan yang menciptakan perbedaan dalam cara memahami dan menyelesaikan, maka pilihannya hanya dua: anda mempertentangkan perbedaan tersebut karena egoisme posisi; atau anda mengubah perbedaan menjadi kekuatan sinergis dengan menciptakan alternative ketiga: saya, kamu, dan kita yang berarti misi dan visi bersama. Sekian kali lagi, bedanya sangat tipis. Semoga berguna.

Berinteraksi dengan orang lain Juni 16, 2007

Posted by safruddin in Dunia Kerja.
add a comment

Berinteraksi dengan orang lain akan melahirkan banyak hal, kadang seneng, kadang kesel, marah jengkel, bahagia dan lain-lain. nah berikut ini adalah beberapa tips untuk berhubungan oranglain. tapi pada prinsipnya adalah bagaimana kita mengembangkan empati kepada saudara kita itu.

A. KATA-KATA YANG SANTUN DAN LEMBUT
Dalam pergaulan hendaklah kita selalu berbicara dengan kata-kata yang santun karena dengan demikian akan terbangun suasana perbincangan yang menyenangkan. hindarkanlah kata-kata yang kasar, menyakitkan ,memojokan ,merendahkan dan mempermalukan orang yang kita ajak bicara . Dalam bercanda juga kita harus memperhatikan erasaannya ,walaupun niat kita hanya bercanda ,mungkin bagi dia itu suatu hal yang menyakitkan.Dosa terhadap manusia adalah dosa yang paling susah dihapus sebelum dia memaafkannya.

B. MAU MEMINTA MAAF
Manusia ditakdirkan tidak luput dari kesalahan,baik yang disengaja ataupun tidak.Apabila kita sudah sadar akan kesalahan kita pada orang lain, kita jangan segan-segan untuk minta maaf. Karena ALLAH tiak akan mengampuni dosa kita sebelum orang yang kita dzalimi atau sakiti mau memaafkan kesalahan kita. Sebagai contoh apabila kita menghadapi suatu kesalah pahaman dimana kedua belah pihak merasa yang paling benar. Maka barang siapa yang meminta maaf terlebih dahulu
dialah yang menang karena dia telah mampu mengalahkan egonya ,hawa nafsunya dan menyadari bahwa memutuskan silaturrahmi itu dosa. Maka dari itu marilah kita menjadi orang yang mau minta maaf
atas kesalahan yang kita buat dengan membuang rasa ego kita,rasa malu atau mungkin gengsi kita.

C. MAAFKAN KESALAHANNYA
Jadilah pemaaf yang lapang dan tulus terhadap kekurangan dan kesalahan orang lain kepada kita. Pemberian maaf pada orang lain akan membuat bahagia dan senang siapapun yang pernah melakukan kekhilafan terhadap kita. Dan insyaallah akan mengangkat citra kita dihatinya.

Bekerja bukan sekedar mencari kesibukan Juni 16, 2007

Posted by safruddin in Dunia Kerja.
1 comment so far

Tak perlu berpura-pura sibuk. Orang dinilai dari karya yang dituntaskan dan bagaimana ia mengerjakannya.

Bukan dari seberapa lama ia duduk di balik meja kerja, atau seberapa banyak pertemuan yang diikutinya, atau seberapa padat jadwal waktunya. Sungguh jauh berbeda pengertian sibuk dengan bekerja.

Pekerjaan terkadang menuntut anda untuk sibuk. Namun, sibuk tidak selalu berarti bekerja. Berperilaku sibuk lebih mudah dilakukan ketimbang bekerja. Apakah anda sibuk agar tampak bekerja?

Bekerjalah bukan untuk mencari kesibukan, namun untuk menciptakan sebuah karya.

Ayam betina mengerami telur-telurnya dengan sikap tenang dan waspada. Karena itulah yang terbaik bagi telur-telurnya agar menetas dengan selamat. Ada orang yang mengerjakan banyak hal tanpa harus menjadi sibuk; apalagi berpura-pura sibuk.

Mereka memiliki ketenangan dalam dirinya serta memberikan kepercayaan penuh waspada pada orang lain. Berjalan terburu-buru atau bersikap tergopoh-gopoh seolah tak punya waktu, mungkin mencerminkan kesibukan, namun juga sebuah ketegangan.

Lihatlah, ketenangan pun memberikan hasil yang tak kalah sempurna.

Sumber: Unknown

Mengeluhlah…!!! Juni 16, 2007

Posted by safruddin in Dunia Kerja.
add a comment

Tahukah asalah satu suara yang cukup mengganggu kita adalah suara ‘keluhan’? Memang sih, kalau mau dihitung-hitung ada aja yang bisa dikeluhkan. Misalnya rekan kerja atau teman kita yang ‘reseh’. Pendek kata, keluhan merupakan suatu bentuk ketidakpuasan seseorang terhadap suatu keadaan.

Tapi apapun masalah yang kita hadapi, cobalah untuk tidak mengeluh. Karena menurut John R. Brinkerhoff, kebiasaan mengeluh bisa membuat kita menjadi ‘pencela’ yang handal. Sedikit saja kita merasa tidak puas terhadap sesuatu, kita akan mengeluarkan kalimat celaan. Dan ini berdampak negatif terhadap perkembangan pribadi kita.

Keluhan juga bisa menurunkan kredibilitas dan membuat kita tampak sangat tidak profesional. Dan ingat, pada dasarnya tidak ada satu orang pun yang suka mendengarkan keluhan. Karena tidak ada satu orangpun yang dibayar untuk mendengarkan keluhan. So, jika kita adalah pengeluh sejati, belajarlah untuk berhenti mengeluh.

Setiap menemui masalah, belajarlah untuk memahami masalah itu terlebih dulu. Kemudian cobalah pikirkan jalan keluarnya. Jika kita merasa ‘mentok’ barulah bicarakan pada orang yang bisa diajak bicara. Tetapi ingat, jangan bernada mengeluh apalagi sampai melebih-lebihkan masalah. Bicarakan secara profesional dan netral. Yang lebih penting lagi menyalahkan suatu kondisi yang membuat kita tidak puas. Dan jangan menyudutkan satu atau sekelompok orang yang kita anggap bersalah.

Jangan sekalipun melihat suatu persoalan dengan kacamata merah. Karena meski kita tidak puas dengan kondisi tersebut, kita juga tidak boleh menutup mata pada sisi positifnya. So, berhentilah mengeluh. Percayalah wajah kita akan tampak lebih bersinar jika jauh dari keluhan.

Selain itu kita yang jarang atau tidak pernah mengeluh akan menjadi sosok yang ‘tahan banting’. Sukses pun akan semakin mudah kita raih. Semoga

10 Tips berkomunikasi di saat sulit Juni 16, 2007

Posted by safruddin in Dunia Kerja.
1 comment so far

Kemampuan berkomunikasi yang efektif adalah salah satu aspek esensial dari kualitas kepemimpinan seseorang. Pimpinan baik tidak hanya berperan sebagai penghubung, tetapi juga dapat memberikan pernyataan visi yang mampu menginspirasikan orang lain. Pemimpin harus bersikap terbuka dan jujur tentang apa yang mereka lakukan dan pikirkan.

Memimpin orang lain bukanlah pekerjaan mudah. Di masa krisis, tantangan bagi para pemimpin justru jauh lebih besar dan sulit. Komunikasi yang efektif dibangun atas dasar kepercayaan, visi, harapan, harga diri, dan keyakinan.

Berikut 10 tips komunikasi yang efektif bagi seorang pemimpin, khususnya di saat sulit.

Berpikir sebelum berbicara.
Di masa sulit, kebanyakan orang tidak hanya berpegang pada kata-kata pemimpinnya, tetapi juga berusaha mencari apa yang tidak dikatakan oleh pimpinan mereka. Seorang pemimpin perlu “menjahit” pesan/isu yang ada sehingga ia dapat memperoleh gambaran penuh tentang informasi yang diberikan oleh para audiens.

Tetap fokus dengan mengkombinasikan gambaran jangka panjang dan jangka pendek.

Pemimpin harus efektif dalam memilah isu-isu yang muncul di lingkungan sekelilingnya.

Kendalikan emosi secara efektif.
Pemimpin mesti bersikap fleksibel, mereka tidak boleh menunjukkan rasa frustasi atau amarah sesukanya. Jika itu terjadi, maka mereka akan menjadi bagian dari masalah.

Selalu berharap dengan melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan visi dan misi.
Pemimpin harus mampu menghubungkan pesan mereka dengan misi atau visi . Pemimpin sebaiknya memberikan rencana yang jelas tentang usaha untuk mencapai hasil yang diinginkan dan mereka sebaiknya menawarkan pendekatan yang positif saat bawahan dihadapkan dengan berita buruk.

Kenali kualitas isu-isu yang baik.
Ketika berita buruk harus disampaikan, bawahan biasanya cenderung lebih menghargai situasi informal daripada pertemuan formal.

Jawablah pertanyaan bawahan dengan jelas.
Gunakan bahasa yang simpel dan jawablah isu-isu yang muncul dan jika tidak dapat memahami pertanyaan yang diutarakan, akuilah!

Tunjukkan kesuksesan bersama di saat yang tepat.

Pemimpin tidak hanya perlu mengumumkan keberhasilan, tetapi juga menghubungkan kesuksesan itu dengan tujuan atau visi.

Ikuti komitmen.
Satu cara esensial untuk membangun dan mempercepat kepercayaan adalah dengan selalu mematuhi komitmen yang telah dibuat bersama, khususnya ketika hal tersebut berkaitan dengan visi dan misi.

Jadilah pendengar yang baik.
Dengar apa yang mereka katakan, berikan perhatian terhadap apa yang sedang diutarakan, baik yang diungkapkan secara lisan melalui bahasa tubuh ataupun secara tulisan. Semua ini adalah tentang apa yang dipikirkan bawahan, tentang bagaimana mereka bertindak dan apa yang tidak dapat mereka ungkapkan secara verbal.

Hindari surprise.
Selalu menginformasikan berita terbaru pada bawahan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka sebelum hal itu menjadi masalah.

Banyak pekerjaan sedikit waktu Juni 16, 2007

Posted by safruddin in Dunia Kerja.
add a comment

Salah satu penyebab mengapa seringkali kita meninggalkan satu tugas karena ada kesan banyak pekerjaan tetapi waktu yang kita miliki sangat sedikit. Waktu sering kali menjadi masalah utama yang dihadapi oleh sebagian dari kita. Memang, kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang kita miliki, tetapi meninggalkan tugas utama kita dalam hidup bukanlah langkah keluar yang baik.

Prioritas
Karena kita memang tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakan semua yang perlu kita kerjakan, maka langkah yang bijak ialah membuat prioritas. Kita harus secara berkala dan terus menerus melihat kembali daftar pekerjaan kita dan menentukan prioritas, mana yang harus diperhatikan atau dikerjakan terlebih dahulu.

Hukum 80/20
Anda pernah mendengar hukum ini? Atau ada juga orang yang mengatakannya dengan hukum pareto. Pareto adalah suatu diagram dalam ilmu statistik untuk melihat suatu faktor yang paling dominan. Penerapannya dalam manajemen waktu ialah kita harus memilih pekerjaan kita yang memiliki manfaat paling besar.

Metode ABC
Metode ABC adalah salah satu metode yang sering digunakan untuk mengelola prioritas daftar pekerjaan. Caranya dengan mengelompokan pekerjaan-pekerjaan yang harus kita lakukan, kelompok A, B, dan C. Apa kriteria kelompok-kelompok tersebut?

Kelompok A, adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus Anda kerjakan, jika tidak akan mengakibat suatu konsekwensi yang besar. Kelompok disebut pekerjaan yang sangat penting. Jika memiliki banyak pekerjaan sangat penting, maka Anda bisa menomori pekerjaan tersebut dengan A-1, A-2, dan seterusnya.

Kelompok B, adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus Anda lakukan tetapi memiliki konsekwensi yang lebih rendah. Kelompok ini disebut pekerjaan penting. Dilakukan hanya jika pekerjaan kelompok A sudah selesai. Biasanya kelompok B adalah pekerjaan penting tetapi masih bisa ditunda.

Kelompok C, adalah pekerjaan-pekerjaan yang baik dilakukan. Suatu pekerjaan yang akan membawa dampak positif jika dilakukan tetapi tidak menimbulkan dampak negatif jika tidak. Atau suatu pekerjaan yang tidak menimbulkan dampak bagi seluruh pekerjaan atau kehidupan Anda. Kelompok ini hanya bisa dilakukan jika kelompok A dan B sudah selesai. Kelompok ini disebut dengan pekerjaan baik.

Prioritas Bisa Berubah
Bisa saja prioritas hari ini bisa berbeda dengan prioritas hari kemarin. Prioritas pekan ini berbeda dengan prioritas pekan kemarin, meskipun bisa saja pekerjaannya sama. Waktu kapan pekerjaan itu muncul mempengaruhi prioritasnya. Oleh karena itu kita perlu mereview jadwal kita secara periodik.

Sumber : Unknown